Fredy Candra : Bp Sulikin M.pd Mungkin Khilaf Sebut Saya Murid Gila



Kisah luar biasa dari mantan murid SMA Negeri 1 Pekalongan, Fredy Candra yang membawa 65 guru jalan-jalan ke luar negeri, tuai banyak pujian dari seluruh masyarakat Indonesia. Namun Fredy Candra tetap bersikap rendah hati meminta seluruh masyarakat untuk memuji semua guru yang ada di Indonesia, bukan memuji dirinya.

Fredy Candra punya tekad yang luar biasa untuk memberikan tiket wisata kepada semua mantan gurunya yang pernah mengajarnya mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Hal ini di lakukan Fredy untuk membalas budi kepada eks Gurunya.

Aksi luar biasa yang di lakukan Fredy Candra membuat seluruh guru terharu, salah satunya Bp guru Sulikin M.pd yang akhirnya menulis kisah Fredy di blog pribadinya dengan judul "MURIDKU GILA".

Baca juga : Luar Biasa!!! Kisah Fredy Candra, "Murid Gila" Kirim 65 Gurunya Jalan-jalan ke Luar Negeri

Membalas blog yang di tulis Bp guru Sulikin M.pd, Fredy pun menulis di status Facebook Pribadinya dengan menyebut Bp guru Sulikin M.pd mungkin “khilaf. Status ini pun menjadi viral dan sudah di share sebanyak 111 kali. 440 like, dan 93 komentar.

Berikut ini isi dari status Fredy Candra

Melihat seorang guru seperti melihat sebuah masa depan cerah yang telah dijanjikan untuk dunia ini. Ingatkah kita ketika Jepang pernah hancur? Jepang saat itu lumpuh total, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup dan menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?”. Betapa bernilainya seorang guru di mata Kaisar saat itu sama seperti betapa bernilainya guru saat ini. Jepang menjadi negara maju seperti saat ini tak lepas dari pengaruh dan campur tangan guru.

Bp guru Sulikin M.pd mungkin “khilaf” dan “kurang bercermin” ketika menulis bahwa saya “murid gila”, jelas jelas yg gila itu adalah Bapak, Bapak Ibu guru SD Sampangan, SMPN1 dan SMAN1 saya yg secara “sembrono” mengabdikan diri lebih dari separuh usianya dari muda beberapa sampai pensiun, berusaha membuat saya sebagai salah satu muridnya dan banyak murid-murid yg lain menjadi orang sukses dan berhasil.

Yg “gila” itu adalah Bapak Ibu guru yg mengabdi di sekolah-sekolah, madrasah, PAUD, baik di kota, di daerah dan daerah terpencil dengan gaji pas pasan dan herannya masih mau ngajar, itu baru gila!!!
“Kegilaan” para guru itulah yg membuat saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada guru saya dengan mengajak berwisata bersama, melalui tulisan Bp Sulikin beetajuk "Muridku Gila" yg saya pikir “ah palingan bocor halus” eh malah “mbledos” jadi viral dan ….. malah saya yg dipuji (kalau guru yg memuji saya terima deh), dikasih sanjungan teman-teman dan berbagai pihak “…hebat kamu Fred..”, “….salut sama kamu…”, “…kamu luar biasa…”, beberapa hari ini saya mencoba dengan sekuat tenaga berusaha menerima pujian-pujian itu, ngga tau bagaimana tapi mulai dari rasa segan sampai perasaan malu selalu muncul tiap kali ada pujian disampaikan, tetapi pada akhirnya hati nurani saya tidak bisa menerima sanjungan tersebut. Saya harap saya cukup sebagai inspirasi saja dan tidak lebih, juga kiranya teman-teman di medsos tidak lagi membahas Fredy nya, dan saya ingin mengembalikan pujian teman-teman kepada yg lebih layak menerimanya yaitu Tuhan dan juga dalam hal ini guru-guru saya.

Harusnya “… hebat guru kamu Fred..” , ”…salut sama guru kamu…”, “… guru kamu yg itu top bgt ..”

Cukup bagi saya menjadi alumni yg bisa bahagia menikmati air mata yg menetes ketika melihat foto-foto dan video gurunya yg tertawa lepas dan bahagia menikmati waktu berwisata bersama-sama yg mungkin jarang didapat selama aktif mengajar, saya bisa menangis terharu, saya bisa memeluk guru saya, ketawa ketiwi, meminta selfie, memposting foto saya bersama guru, tanpa saya “diganggu” oleh puja puji yg tidak sepatutnya saya terima, apalagi secara akademis saya tidak pantas jadi panutan, asal tahu saja jenjang S1 pun saya tidak lulus, dan akhirnya sekarang saya bekerja jadi seorang Sales Engineer di sebuah perusahaan internet.

Saya tidak tahu apakah tulisan saya ini masih direwes, diperhatikan atau tidak, mengingat tulisan di koran online sudah terlanjur tersebar dan viral ke mana-mana, di mana saya yg malah menjadi subyeknya, analoginya ada orang hampir tenggelam ditolong, eh malah yg disanjung bukan penolongnya malah orang yg hampir tenggelam tsb yg disanjung, kan ngga lucu.

Mudah-mudahan melalui postingan ini teman-teman bisa mengurangi pembicaraan mengenai saya, dan berbicara lebih mengenai kenangan atau sesuatu yg berkesan selama diajar oleh para guru, atau komentar saat guru berwisata, intinya subyeknya adalah “THE TEACHERS” dan bukan saya.

Pekalongan 27 Sept 2017

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.